Sejumlah tersangka kasus penculikan yang berujung kematian kepala cabang (kacab) salah satu bank di Jakarta Pusat berinisial MIP (37) digiring keluar dari jumpa pers di Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (16/9/2025). ANTARA/Risky Syukur

kabarmuarateweh.id – Kasus penculikan disertai pembunuhan terhadap Kepala Cabang Bank berinisial MIP (37) di Jakarta Pusat mulai menemui titik terang. Polda Metro Jaya mengungkap motif utama para tersangka adalah untuk menguasai dana raksasa dari sejumlah rekening dormant atau rekening tak bertuan yang nilainya menembus angka Rp70 miliar.

Pengungkapan terbaru ini menjadi perkembangan paling krusial dalam kasus penculikan dan pembunuhan MIP. Jumlah uang yang menjadi target para pelaku ternyata jauh lebih besar dari yang diperkirakan sebelumnya.

“Kalau pastinya kita belum tahu, cuma kalau dari yang sudah teridentifikasi kemarin, ya, cukup tinggi. Ada Rp60 miliar apa Rp70 milliar,” kata Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Pol. Wira Satya Triputra, di Jakarta, Selasa, 23 September 2025.

Fakta baru yang lebih mengejutkan adalah dana puluhan miliar tersebut tidak tersimpan dalam satu rekening tunggal. Para pelaku telah mengidentifikasi dan menargetkan beberapa rekening “hantu” yang tersebar di lebih dari satu institusi perbankan.

“Ada beberapa rekening. Enggak sampai puluhan,” ujar Wira sebagaimana dilansir kantor berita Antara.

Hal ini mematahkan dugaan awal bahwa para pelaku hanya menargetkan bank tempat korban MIP bekerja. Jaringan kejahatan ini ternyata telah memetakan aset-aset tak bertuan di berbagai bank, menunjukkan tingkat perencanaan yang matang dan akses terhadap data perbankan yang seharusnya sangat rahasia.

Rekomendasi Berita  Amendemen UUD Perlu Kajian Mendalam, Tegas Ketua MPR Ahmad Muzani

“Kalau yang di bank lain ada lain lagi. Ada beberapa bank lain,” ucap Wira.

Penyelidikan kini berfokus pada tersangka utama berinisial C alias Ken, yang diyakini sebagai otak di balik rencana jahat ini. Pertanyaan terbesar yang berusaha dijawab oleh penyidik adalah bagaimana C bisa mengetahui keberadaan dan detail rekening-rekening dormant tersebut.

“Dari mana tersangka tahu ini ada rekening dormant, kami baru bisa menjawab nanti, yang satunya lagi masih kami ambil keterangan,” kata Kombes Wira dalam kesempatan berbeda.

Bocoran data sensitif ini menjadi kunci utama untuk membongkar seluruh jaringan yang terlibat. Polisi menduga adanya kemungkinan keterlibatan orang dalam atau kebocoran sistem keamanan data perbankan.

“Dan sudah berapa kali, yang bersangkutan mengaku, baru melakukan sekali ini,” ucap Wira.

Pengakuan ini tentu saja masih didalami lebih lanjut oleh pihak kepolisian untuk memastikan apakah tersangka mengatakan yang sebenarnya atau hanya berusaha menutupi jejak kejahatan lain yang mungkin pernah dilakukannya.(*)

Penulis : Yehezkiel

Editor : Apri