Ilustrasi bekal anak. (Pexels/Katerina Holmes)

kabarmuarateweh.id – Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi atau SPPG merupakan bagian yang turut menyiapkan makanan pada program Makan Bergizi Gratis atau MBG. Namun, maraknya kasus keracunan yang menimpa penerima program membuat publik menyoroti kembali bagaimana sebenarnya proses kerja SPPG dalam menyediakan hidangan MBG yang seharusnya aman dan bergizi bagi anak sekolah.

Perhatian publik kini mengarah ke Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), sebab instansi inilah yang sejatinya memegang tanggung jawab dalam menjamin setiap sajian pada Program Makan Bergizi Gratis (MBG) memenuhi standar. Mulai dari kecukupan gizi, kebersihan dalam pengolahan, hingga kualitas pengemasan yang aman sebelum didistribusikan ke sekolah-sekolah, semua menjadi bagian dari tugas utama SPPG.

Namun dengan banyaknya kejadian keracunan, masyarakat mempertanyakan bagaimana cara kerja ideal dan apa yang dilakukan oleh SPPG, hingga bisa memicu hal yang tidak diinginkan ini.

Cara Kerja SPPG secara Ideal

Secara ideal, sebenarnya cara kerja SPPG telah memiliki prosedur yang cukup jelas. Beberapa langkah yang idealnya dilalui adalah sebagai berikut:

Rekomendasi Berita  H. Tajeri Ungkap Rasa Syukur atas Terlaksananya MBG di Barito Utara

1. Proses penentuan menu

Terrdapat sedikitnya 300 menu yang dimiliki oleh BGN, dan memberikan keleluasaan bagi masing-masing daerah untuk membuatnya dengan berkolaborasi dengan ahli gizi setempat.

2. Pemilihan bahan baku dan pemeriksaan kualitas

Setelah penentuan menu, petugas SPPG kemudian menentukan apa saja bahan baku yang diperlukan dan memastikan seluruh kualitas bahan bakunya. Proses ini dilakukan dengan menggunakan APD demi menjaga higienitas bahan baku yang akan digunakan.

3. Dimasak dan diletakkan di wadah makanan

Bahan makanan yang telah dipastikan higienis dan bernutrisi kemudian dimasak dan diletakkan di wadah makanan berbahan stainless steel. Setelah ditutup rapat, wadah ini ditata sedemikian rupa di mobil box untuk didistribusikan.

Tentu, ompreng yang digunakan juga dijaga higienitasnya dan dibersihkan dengan baik setelah dan sebelum digunakan untuk memastikan standar food safety terpenuhi.

Lalu Mengapa Banyak Kejadian Keracunan pada Siswa?

Meski terdapat prosedur ideal yang seharusnya diterapkan oleh semua SPPG, namun nyatanya masih cukup banyak kejadian terkait keracunan yang dialami oleh siswa.

Rekomendasi Berita  Kasus Keracunan Program MBG Muncul di Jakarta, Pramono Anung Angkat Bicara

Tentu, hal ini menjadi kabar buruk bagi orang tua murid, karena seharusnya MBG yang diberikan menambah asupan nutrisi, bukan justru membuat anak kesayangannya mengalami keracunan makanan.

Jika dipetakan, terdapat tiga alasan besar mengapa keracunan ini terjadi di beberapa daerah. Ketiga alasan tersebut adalah sebagai berikut:

  • Proses memasak yang terlalu awal. Di beberapa lokasi, SPPG memasak menu MBG terlalu dini sehingga makanan yang sudah siap disimpan terlalu lama sebelum didistribusikan ke sekolah-sekolah. Hal ini meningkatkan risiko penurunan kualitas, hingga pembusukan yang lebih cepat.
  • Pengemasan makanan saat masih panas. Makanan yang masih panas dan beruap dikemas sehingga uap air yang ada di dalamnya terperangkap. Hal ini membuat makanan lebih cepat basi sehingga menjadi tempat berkembang biaknya mikroba.
  • Distribusi yang terlalu lama. Menjadi efek berantai dari dua poin sebelumnya, distribusi yang terlalu lama juga jadi salah satu penyebab kenapa makanan yang diberikan tidak lagi dalam kondisi segar. Hal ini diperparah dengan jarak antara SPPG dan sekolah yang terlalu jauh, sehingga distribusinya memakan waktu lebih dari 30 menit.e
Rekomendasi Berita  Keracunan Massal Diduga Akibat MBG, Ratusan Siswa di Sumba Dilarikan ke Puskesmas

valuasi dan Peningkatan Prosedur

Berangkat dari banyak kejadian yang muncul ini, masyarakat kemudian mendesak pemerintah dan pihak terkait untuk melakukan evaluasi besar-besaran.

Hal ini dinilai masuk akal sebab pada dasarnya ketika MBG justru membawa dampak buruk bagi kesehatan siswa, niatan awal untuk meningkatkan asupan nutrisi tidak tercapai dan justru orang tua murid harus kerepotan dengan proses penyembuhan siswa.

Itu tadi sedikit penjelasan tentang isu ramai siswa keracunan, bagaimana cara kerja SPPG sediakan menu MBG di beberapa daerah di Indonesia. Semoga menjadi artikel yang berguna, dan selamat melanjutkan kegiatan Anda berikutnya! (*)

Penulis : Yehezkiel

Editor : Apri