Mendiang Muhammad Sibawai alias Seba (27) korban tenggelam feri penyeberangan di perairan Sungai Barito wilayah Bintang Ninggi II, Kabupaten Barito Utara, Kalteng. Foto: Istimewa

kabarmuarateweh.id, MUARA TEWEH – Kecelakaan maut kapal feri karam dan tenggelam di perairan Sungai Barito wilayah Bintang Ninggi II, Teweh Baru, Barito Utara, Kalteng, meninggalkan duka mendalam bagi warga, khususnya pihak keluarga korban bernama Muhammad Sibawai alias Seba (27).

Ditemui di RSUD Muara Teweh, nahkoda kapal feri, Andiman yang juga kakak Seba mengisahkan awal sebelum tragedi maut itu.

Menurut Andiman, jika adiknya Seba itu tidak ikut bekerja di feri bersama dirinya, kebetulan korban lagi cuti bekerja di perusahaan jadi ikut membantunya.

“Seba adalah adik saya sendiri. Ia bukan kerja di kapal feri ini. Sebenarnya ia tengah ambil cuti di perusahaan tempatnya bekerja di PT BRB. Kebetulan ambil cuti, dia bantu-bantu saya di kapal feri penyeberangan,” kata Andiman kepada wartawan, Selasa (9/7/2024).

Andiman bilang, setiap cuti dari bekerja korban selalu tinggal di tempatnya Desa Bintang Ninggi II. Sementara orang tuanya tinggal di Desa Batu Raya.

Ia juga mengisahkan sebelum kecelakaan maut feri penyeberangan yang dia nahkodai itu pada Ahad (7/7/2024) petang.

Rekomendasi Berita  Sempat Diberhentikan, Ini Pesan Pj Bupati Barito Utara Kepada Kades Linon Besi II

“Kala itu hujan mengguyur Desa Bintang Ninggi II. Aktivitas penyeberangan belum berjalan. Malah adik saya Seba [korban tenggelam] ketika masuk waktu magrib sempat melaksanakan salat magrib,” ujar Andiman.

“Adik saya memang tidak biasa meninggalkan perintah salat. Usai salat kami lanjut melakukan aktivitas penyeberangan. Dan ternyata terjadi nahas, feri kami ada kebocoran hingga tenggelam dan adik saya hilang, baru hari ini ditemukan,” lanjut Andiman terbata.

Ia juga nyaris tidak bisa menceritakan lanjut peristiwa nahas menimpa mereka Minggu malam lalu itu.

“Saya pun sampai tidak tahu kejadian di kala feri mengalami bocor di lambung belakang, sebab saya berada di dalam kelotok sebagai penarik kapal feri. Itu pun jika tidak diberitahu penumpang lain, kemungkinan saya terjepit di dalam kelotok,” ungkap Andiman.

Sementara Rosdianor menuturkan, korban ditemukan sekitar 300 meter dari titik diduga korban tenggelam. Saat ditemukan, korban masih mengenakan celana jeans panjang dan baju.

“Sebenarnya dia pakai jaket tapi mungkin sudah bisa dilepas. Kalau cerita dari kakaknya, korban bisa berenang,” tuturnya.

Rekomendasi Berita  Resmi! Inilah Skuad Timnas Indonesia di Piala Dunia U-17

Rosdianor mengatakan, sebelum korban ditemukan warga juga berhasil mengevakuasi satu unit mobil Hilux milik salah satu perusahaan tambang.

“Masih ada satu unit mobil dan dua sepeda motor lagi yang belum sempat dievakuasi,” pungkas Roadianor.

Sebelumnya diberitakan Dikabarkan kapal feri dinahkodai Andiman dengan 2 ABK Johan Pijannata Sampawang (24) asal Bandung berdomisili di Desa Kalahien, Kecamatan Dusun Selatan, Barito Selatan dan Muhammad Sibawai alias Seba (27) mengalami insiden tenggelam pada Ahad malam kemarin.

Feri tenggelam saat menyeberang dari Dermaga PT Bimal menuju Desa Bintang Ninggi II. Kapal feri dilaporkan membawa 2 unit mobil jenis Hilux milik CV Sintiya Mandiri dan PT ABB, serta mengangkut 1 motor milik warga bernama Bahagia.

Salah satu dari 2 ABK feri nahas itu, Johan Pijannata Sampawang, mengatakan kronologis awal feri tenggelam itu. Terdapat sejumlah penumpang yang ikut menyeberang bersama 2 mobil dan 1 motor.

“Ada sekitar delapan atau sembilan penumpang saat itu termasuk kami ABK,” kata Johan ditemui di RSUD Muara Teweh.

Rekomendasi Berita  Kepala KPLP-Kasiminkamtib Sampaikan Peran dan Tugas Tamping Lapas Muara Teweh Barut, Begini Arahannya

Dia menuturkan saat mulai berlabuh menuju Desa Bintang Ninggi II, tiba-tiba feri mengalami kebocoran di lambung belakang. Akibatnya air masuk ke kapal feri begitu cepat.

Johan mengaku sempat berlari ke belakang berusaha menambal kapal yang bocor dan mengeluarkan air yang masuk.

“Mesin alkon untuk menyedot air tidak mampu, karena begitu banyak air masuk. Saat kapal feri oleng kami semua terjun ke sungai berusaha menyelamatkan diri,” kata Johan.

Dia bilang, mereka sempat terombang-ambing cukup lama di sungai, sambil berusaha mencari cara menyelamatkan diri masing-masing.

“Kawan saya Seba malah sempat berpegangan di bahu saya. Dia tidak pakai pelampung. Saya sempat tenggelam, saat itu pegangannya terlepas. Saat saya muncul dari air ia sudah tidak terlihat dan saya sekuat tenaga menuju pinggir sungai,” tutur Johan

Editor: Aprie