KABARMUARATEWEH.ID – Sebuah riset terbaru menunjukkan bahwa secara rutin mengonsumsi beberapa jenis makanan laut dapat meningkatkan risiko paparan zat perfluoroalkil dan polyfluoroalkil (PFAS), yang sering disebut sebagai “bahan kimia abadi”.
Dilaporkan oleh Health pada hari Jumat, penelitian yang dilakukan di Portsmouth, New Hampshire, menemukan keberadaan PFAS dalam berbagai produk, dengan tingkat konsentrasi tertinggi terdapat pada udang dan lobster.
PFAS adalah bahan kimia yang digunakan dalam berbagai produk mulai dari pakaian hingga insulasi kabel listrik. Sayangnya, bahan-bahan tersebut tidak terurai sepenuhnya dan akhirnya mencemari udara dan perairan, serta masuk ke dalam makanan dan minuman kita.
Para ilmuwan telah mengaitkan PFAS dengan sejumlah dampak kesehatan manusia, termasuk gangguan pertumbuhan dan perkembangan, kerusakan hati, dan peningkatan risiko beberapa jenis kanker.
Menyikapi hasil penelitian ini, rekan penulis studi dan profesor riset di Departemen Ilmu Biologi di Dartmouth College, Celia Y. Chen, PhD, menyatakan harapannya bahwa temuan ini dapat meningkatkan kesadaran tentang fakta bahwa konsumsi makanan laut dapat menjadi sumber penting paparan PFAS bagi konsumen makanan laut yang banyak.
Namun, penulis penelitian, Megan Romano, PhD, menyoroti bahwa masih banyak yang perlu dipelajari tentang hubungan antara PFAS dan makanan laut, termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi akumulasi PFAS dalam jaringan hewan air.
Para ahli menegaskan bahwa tidak perlu menghindari makanan laut sepenuhnya untuk mengurangi risiko paparan PFAS yang berbahaya. Yang penting adalah memilih dengan hati-hati jenis makanan laut yang dikonsumsi.
Megan Romano menekankan, “Makanan laut merupakan sumber protein rendah lemak dan asam lemak omega yang sangat baik, namun kita harus berhati-hati karena mungkin juga mengandung PFAS atau merkuri. Ini sangat penting terutama bagi kelompok rentan seperti ibu hamil dan anak-anak kecil.”
Untuk mengurangi risiko paparan PFAS, disarankan untuk memilih spesies yang memiliki tingkat kontaminasi PFAS lebih rendah, seperti nila. Ikan yang lebih kecil, seperti nila atau sarden, umumnya memiliki tingkat kontaminasi yang lebih rendah.
Menurut Romano, kunci utamanya adalah mengonsumsi makanan secara seimbang, termasuk berbagai jenis makanan sehat dan sumber protein.